KONSEKUENSI
SOSIAL MEDIA MASSA (TV,RADIO) DAN MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI BAGI MASYARAKAT
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi salah satu tugas Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Kuliah
Perkebangan Teknologi Komunikasi Semester VI
Oleh
:
Pipit
Puspita Sari
1209406048
JURUSAN
ILMU KOMUNIKASI PRODI.HUMAS
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
SUNAN
GUNUNG DJATI BANDUNG
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Perkembangan
media teknologi saat ini semakin banyak dalam kehidupan sosial masyarakat
,seperti semakin meluasnya penggunaan internet dan handphone. Awalnya
perkembangan teknologi tersebut adalah untuk mempermudah manusia dalam
melakukan berbagai hal.Tapi, belakangan justru malah menimbulkan masalah dalam
kehidupan sosial ,contoh kecil adalah banyak terjadi timbul kasus yang
disebabkan oleh media jejaring sosial facebook dan twitter . Ini adalah dampak
dari penggunaan media teknologi informasi.
Dalam
sejarah masyarakat, manusia menandakan penggunaan media komunikasi oleh manusia
untuk mengatasi jarak yang lebih jauh satu dengan yang lainnya, yang tidak
mungkin dicapai hanya dengan berbicara dalam jarak yang normal. Menurut
O’Breien (dalam Bungin 2009) perilaku manusia dan teknologi memilikki interaksi
dalam lingkungan sosioteknologi. Ada lima komponen perilaku manusia dan
teknologi dalam berinteraksi meliputi : (1) struktur masyarakat, (2) sistem dan
teknologi informasi, (3) masyarakat dan budaya, (4) strategi komunikasi, (5)
proses sosial.
Penggunaan
media teknoloi komunikasi di dalam kehidupan pribadi masyarakat sekarang ini
dapat dilihat dari banyak digunakannya personal komputer (notebook) dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu dengan mudah dapat dilihat masyarakat,
khususnya pada masyarakat perkantoran yang menggunakan telepon seluler
(handphone).
Tahun 2008
adalah tahun dimana Indonesia telah memasuki era globalisasi. Sebuah zaman
dimana masyarakat harus bisa mengunakan teknologi multimedia yang baru. Mau
tidak mau kita harus menjalaninya. Tidak hanya itu dunia penyiaran juga
meningkat. Terhitung lebih dari 10 stasiun televise menghiasi layar kaca
televise kita.itu belum termasuk televise daerah.
Dari stasiun
televisi itu mereka menawarkan acara-acara yang mereka prediksi sangat
dibutuhkan oleh masyarakat informasi. Mulai dari acara hiburan,olahraga, dll.
Dampak positifnya masyarakat menjadi punya banyak pilihan acara. Jadi kalau
mereka bosan mereka tinggal pindah channel. Dampak negatifnya kemungkinan akan
terjadi persaingan yang tidak sehat diantara stsiun televise-televisi itu.
Sebut saja MNC(RCTI,TPI,Global TV) dengan Duo Trans(Trans TV, Trans 7).memang
kita belum dengar ada berita yang kurang menyenangkan dari dampak itu tapi
kemungkinan itu masih akan mungkin terjadi. Tidak hanya itu masyarakat pasti
juga akan bingung jika acara televise pada saat itu sedang bagus.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari paparan latar belakang masalah
di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
a.
Apa konsekuensi Media Massa ( TV , Radio ) bagi Masyarakat ?
b. Apa konsekuensi Media Teknologi
Komunikasi bagi Masyarakat ?
1.3
Tujuan
Pembahasan
Dari paparan latar belakang masalah
dan rumusan masalah di atas maka tujuan makalah ini adalah untuk :
a. Mengetahui
konsekuensi Media Massa ( TV, Radio ) bagi Masyarakat
b. Mengetahui
konsekuensi Media Teknologi Komunikasi bagi masyarakat
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Konsekuensi Media Massa ( TV , Radio ) bagi
Masyarakat
Peran media massa dalam kehidupan
sosial, terutama dalam masyarakat modern ada enam perspektif dalam hal melihat
peran media.
Pertama, melihat media massa sebagai
window on event and experience. Media dipandang sebagai jendela yang
memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi di luar sana. Atau media
merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa.
Kedua, media juga sering dianggap
sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful
reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang
merefleksikan apa adanya. Karenanya para pengelola media sering merasa tidak
“bersalah” jika isi media penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi dan
berbagai keburukan lain, karena memang menurut mereka faktanya demikian, media
hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau tidak suka. Padahal
sesungguhnya, angle, arah dan framing dari isi yang dianggap sebagai cermin
realitas tersebut diputuskan oleh para profesional media, dan khalayak tidak
sepenuhnya bebas untuk mengetahui apa yang mereka inginkan.
Ketiga, memandang media massa
sebagai filter, atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi
perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih issue, informasi atau bentuk
content yang lain berdasar standar para pengelolanya. Di sini khalayak
“dipilihkan” oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat
perhatian .
Keempat, media massa acapkali pula
dipandang sebagai penunjuk jalan atau interpreter, yang menerjemahkan dan
menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian, atau alternative yang beragam.
Kelima, melihat media massa sebagai
forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak,
sehingga memungkin terjadinya tanggapan dan umpan balik.
Keenam, media massa sebagai
interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya informasi,
tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi
interaktif. Pendeknya, semua itu ingin menunjukkkan, peran media dalam
kehidupan social bukan sekedar sarana diversion, pelepas ketegangan atau
hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan, mempunyai peran yang signifikan
dalam proses sosial. Isi media massa merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya,
sehingga apa yang ada di media massa akan mempengaruhi realitas subjektif
pelaku interaksi sosial. Gambaran tentang realitas yang dibentuk oleh isi media
massa inilah yang nantinya mendasari respon dan sikap khalayak terhadap
berbagai objek sosial. Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan
gambaran yang salah pula terhadap objek sosial itu. Karenanya media massa
dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan berkualitas. Kualitas
informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral penyajian media massa.
Bertolak dari besarnya peran media
massa dalam mempengaruhi pemikiran khalayaknya, tentulah perkembangan media
massa di Indonesia pada massa akan datang harus dipikirkan lagi. Apalagi
menghadapi globalisasi media massa yang tak terelakan lagi. Globalisasi media
massa merupakan proses yang secara nature terjadi, sebagaimana jatuhnya sinar
matahari, sebagaimana jatuhnya hujan atau meteor. Belum lagi membajirnya program-program
tayangan dan produk rekaman tanpa dapat dibendung. Lantas bagaimana bagi negara
berkembang seperti Indonesia menyikapi fenomena transformasi media terhadap
perilaku masyarakat dan budaya? Bukankah globalisasi media dengan segala nilai
yang dibawanya seperti lewat televisi, radio, majalah, Koran, buku, film, vcd
dan kini lewat internet sedikit banyak akan berdampak pada kehidupan
masyarakat? Saat ini masyarakat Indonesia sedang mengalamai serbuan yang hebat
dari berbagai produk. Atau disebut juga Indonesia sedang kebanjiran informasi
atau Overload.
Belum lagi beredarnya VCD porno yang
sekarang beredar dimana-mana. Hal itu juga bisa menjadi dampak media. Walaupun
media pornografis bukan barang baru bagi Indonesia, namun tidak pernah dalam
skala seluas sekarang. Bahkan beberapa orang asing menganggap Indonesia sebagai
“surga pornografi” karena sangat mudahnya mendapatkan produk-produk pornografi
dan harganya pun murah. Kebebasan pers yang muncul pada awal reformasi ternyata
dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat yang tidak bertanggungjawab, untuk
menerbitkan produk-produk pornografi. Mereka menganggap pers mempunyai
kemerdekaan yang dijamin sebagai hak asasi warga Negara dan tidak dikenakan
penyensoran serta pembredelan. Padahal dalam undang-undang pers hal itu pasti
sudah diatur. Dalam media audio-visualpun, ada Undang-undang yang secara
spesifik mengatur pornografi. Globalisasi pada hakikatnya ternyata telah
membawa nuansa budaya dan nilai yang mempengaruhi selera dan gaya hidup
masyarakat. Melalui media yang kian terbuka dan terjangkau, masyarakat menerima
berbagai informasi tentang peradaban
baru yang datang dari seluruh penjuru dunia. Padahal,
kita menyadari belum semua warga negara mampu menilai sampai dimana kita
sebagai bangsa berada. Begitulah, misalnya, banjir informasi dan budaya baru
yang dibawa media tak jarang teramat asing dari sikap hidup dan norma yang
berlaku. Terutama masalah pornografi, dimana sekarang wanita-wanita Indonesia
sangat terpengaruh oleh trend mode dari Amerika dan Eropa yang dalam berbusana
cenderung minim, kemudian ditiru habis-habisan. Sehingga kalau kita
berjalan-jalan di mal atau tempat publik sangat mudah menemui wanita Indonesia
yang berpakaian serba minim mengumbar aurat. Di mana budaya itu sangat
bertentangan dengan norma yang ada di Indonesia. Belum lagi maraknya kehidupan
free sex di kalangan remaja masa kini. Terbukti dengan adanya video porno yang
pemerannya adalah orang-orang Indonesia. Di sini pemerintah dituntut untuk
bersikap aktif tidak masa bodoh melihat perkembangan kehidupan masyarakat
Indonesia. Menghimbau dan kalau perlu melarang berbagai sepak terjang masyarakt
yang berperilaku tidak semestinya. Misalnya ketika Presiden Susilo Bambang
Yudoyono, menyarankan agar televisi tidak menayangkan goyang erotis dengan
puser atau perut kelihatan. Ternyata dampaknya cukup terasa, banyak televisi
yang akhirnya tidak menayangkan para artis yang berpakaian minim.
2.2 Konsekuensi Media Teknologi Komunikasi Informasi
bagi Masyarakat
Penggunaan
media teknologi komunikasi oleh masyarakat sekarang ini bisa berdampak positif
maupun negatif. Dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat adalah sebagai
berikut. (a) dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, (b)
memfasilitasi interaksi antarindividu, (c) memperkaya pengalaman belajar nilai
– nilai sosial, (d) mempu mengubah suasana beajar nilai – nilai sosial budaya
menjadi aktif, (e) meningkatkan efisiensi dan produktivitas, dan (g)
mempermudah pengirian dan penerimaan informasi.
Fasilitas
media teknologi komunikasi memudahkan orang untuk saling berinteraksi, meskipun
dipisahkan oleh jarak geigrafis, tetapi dengan bantuan media , interaksi dapat
dilaksnakan dengan mudah. Misalnya, penggunaan media internet telah tebukti
mampu menjembatani interaksi antarmanusia secara massal. Dengan adanya
interaksi tersebut, proses transaksi pesan akan diikuti oleh transaksi nilai –
nilai sosial budaya.
Adanya
media teknologi komunikasi setiap orang memiliki kesempatan untuk memperoleh
pengalaman belajar nilaai – nilai sosial budaya orang lain, misalnya dengan
menonton siaran televisi, indovidu memperoleh pengetahuan nilai – nilai sosial
budaya yang dianut oleh masyarakat lain.
Sementara
itu, beberapa dampak konsekuensi negatif p-engggunaan media teknologi
komunikasi pada masyarakat meliputi : (1) hilangnya kesempatan berkomunikasi
interpersonal, (2) mempertajam kesenjangan , (3) penggunaan media komunikasi
dapat mengancam privacy, (4) seringkali terjadi pemborosan, (5) ketergantungan
terhadap sistem dan kerentanan sistem, dan (6) kejahatan dan penyalahgunaan
komputer.
Konsekuensi
sosial dari perkembangan teknologi informasi bisa dilihat pada perubahan
hubungan individu dengan individu, individu dengan komunitas , individu dengan
media massa , komunitas dengan media massa, dan komunitas dengan lembaga
sosial.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sekarang di Indonesia telah memasuki
era Globalisasi. Kita tidak mungkin untuk mengelak. Melalui media massa pun,
kita dapat membangun opini publik, karena media mempunyai kekuatan
mengkonstruksi masyarakat. Misalnya melalui pemberitaan tentang dampak negatif
pornografi, komentar para ahli dan tokok-tokoh masyarakat yang anti pornografi
atau anti media pornografi serta tulisan-tulisan, gambar dan surat pembaca yang
berisikan realitas yang dihadapi masyarakat dengan maraknya pornografi, maka
media dapat dengan cepat mengkonstrusikan masyarakat secara luas karena
jangkauannya yang jauh. Dalam Sosiologi Komunikasi, dikenal adanya opinion
leader atau pemuka pendapat. Mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain untuk bertindak laku dalam cara-cara tertentu. Melalui pemuka pendapat
seperti tokoh agama, sesepuh desa, kepala desa, pesan-pesan tentang bahaya
media pornografi dapat disampaikan.
Tapi yang lebih penting lagi adalah
ketegasan pemerintah dalam menerapkan hukum baik Undang-Undang Pers,
Undang-undang Perfilman dan Undang-Undang Penyiaran secara tegas dan konsiten
di samping tentu saja partisipasi dari masyarakat untuk bersam-sama mencegah
dampak buruk dari globalisasi media yang kalau dibiarkan bisa menghancurkan
negeri ini.
Konsekuensi sosial dampak media
teknologi komunikasi bisa bersifat membangun atau merusak, positif atau
negatif, baik secara fisik ataupun secara hal-hal yang bersifat nonfisik,
misalnya pola pikir, kebudayaan , dan tatanan hidup manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar