TEORI
MEDIA
&
ANALISIS
KASUS
Disusun
untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Teori Komunikasi
Oleh
:
Pipit
Puspita Sari
1209406048
JURUSAN
ILMU KOMUNIKASI PRODI.HUMAS
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
SUNAN
GUNUNG DJATI BANDUNG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Tiga
bentuk karya dalam tradisi sosiokultural yang membantu kita memahami bagaimana
fungsi dan respons terhadap media sebagai bagian dari konteks budaya yang lebih
besar. Pertama , teori edia menguji pengaruh sosiokultural terhadap media
terlepas dari konteks. Kedua, penyusunan agenda , menelusuri pengaruh media
pada agenda sosial. Terakhir , kami menyertakan oenelitian media tindakan
sosial yang menelusuri komunitas media itu sendiri.
Produksi
media merespons terhadap perkembangan sosial dan budaya , selanjutnya
menpengaruhi perkembangan tersebut. Adanya jenis media tertentu seperti
Televisi mempengaruhi bagaimana kita berpikir tentang bagaimana merespons pada
dunia. Sementara media bekerja dalam berbagai cara untuk segmen – segmen
masyarakat yang berbeda, audiens tidak semuanya terpengaruh, tetapi tetapi
berinteraksi dalam cara yang khusus dengan media.
Marshall
Mc.Luhan yang paling terkenal dalam menarik perhatian pada pentingnya media
sebagai media. Mc.Luhan ,seorang tokoh terkemuka dalam penelitian budaya
populer pada tahun 1960-an, menarik perhatian karena gaya penulisannya yang
tidak biasa dan gagasannya yang engejutkan dan menggugah pemikiran. Walaupun
rincian dari teori Mc.Luhan sering ditolak dalam teori media yang umum,
tesisnya telah menerima penerimaan secara luas :media, terpisah dari apapun
yang disampaikannya,pengaruh individu maupun masyarakat. Gagasan ini dalam
berbagai bentuknya adalah apa yang kita sebut dengan “Teori Media “. Televisi
dan dunia maya mempengaruhi masyarakat ,terlepas dari situs yang orang
kunjungi. Media pribadi ( misalnya Ipod) mengubah masyarakat , terlepas dari
pilihan lagu yang dibuat oleh penggunanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa
asumsi dasar yang melatarbelakangi kerangka teori tersebut adalah sebagai
berikut. Pertama, institusi media menyelenggarakan produksi, reproduksi dan
distribusi pengetahuan dalam pengertian serangkaian simbol yang mengandung
acuan bermakna tentang pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan tersebut
membuat kita mampu untuk memetik pelajaran dari pengalaman, membentuk persepsi
kita terhadap pengalamanitu, dan memperkaya khasanah pengetahuan masa lalu,
serta menjamin kelangsungan perkembangan pengetahuan kita. Secara umum, dalam
beberapa segi media massa berbeda dengan institusi pengetahuan lainnya
(misalnya seni, agama, pendidikan, dan lain-lain) :
- Media massa
memiliki fungsi pengantar (pembawa) bagi segenap macam pengetahuan. Jadi, media
massa juga memainkan peran institusi lainnya.
- Media
massa menyelenggarakan kegiatannya dalam lingkup publik; pada dasarnya media
massa dapat dijangkau oleh segenap anggota masyarakat secara bebas, sukarela,
umum dan murah.
- Pada
dasarnya hubungan antara pengirim dan penerima seimbang dan sama.
- Media
menjangkau lebih banyak orang daripada institusi lainnya dan sudah sejak dahulu
”mengambil alih” peran sekolah, orang tua, agama, dan lain-lain.
Menurut
asumsi dasar diatas, lingkungan simbolik di sekitar (informasi, gagasan,
keperayaan, dan lain-lain) seringkali kita ketahui melalui media massa, dan
media pulalah yang dapat mengaitkan semua unsur lingkungan simbolik yang
berbeda. Lingkungan simbolik itu semakin kita memiliki bersama jika kita
semakin berorientasi pada sumber media yang sama. Meskipun setiap individu atau
kelompok memang memiliki dunia persepsi dan pengalaman yang unik, namun mereka
memerlukan kadar persepsi yang sama terhadap realitas tertentu sebagai
prasyarat kehidupan sosial yang baik. Sehubungan dengan itu, sumbangan media
massa dalam menciptakan persepsi demikian mungkin lebih besar daripada
institusi lainnya.
Asumsi dasar
kedua ialah media massa memiliki peran mediasi (penegah/penghubung) antara
realitas sosial yang objektif dengan pengalaman pribadi. Media massa berperan
sebagai penengah dan penguhubung dalam pengertian bahwa: media massa seringkali
berada diantara kita; media massa dapat saja berada diantara kita dengan
institusi lainnya yang ada kaitannya dengan kegiatan kita; media massa dapat
menyediakan saluran penghubung bagi pelbagi institusi yang berbeda; media juga
menyalurkan pihak lain untuk menghubungi kita, dan menyalurkan kita untuk
menghubungi pihak lain; media massa seringkali menyediakan baham bagi kita
untuk membentuk persepsi kita terhadap kelompok dan organisasi lain, serta
peristiwa tertentu. Melalui pengalaman langsung kita hanya mampu memperoleh
sedikit pengetahuan.
Media juga menerima sejumlah
tanggung jawab untuk ikut aktif melibatkan diri dalam interaksi sosial dan
kadang kala menunjukkan arah atau memimpin, serta berperan serta dalam
menciptkan hubungan dan integrasi. Konsep media sebagai penyaring telah diakui
masyarakat, karena media seringkali melakukan seleksi dan penafsiran terhadap
suatu masalah yang dianggap membingungkan.
BAB III
KASUS DAN
ANALISIS PENYALAH GUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL
A.
Kasus
JAKARTA - Sepanjang Januari hingga Februari
2010 komisi nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mendapatkan 36 laporan
terkait kasus Anak yang menjadi korban Facebook.
"Untuk Penculikan anak ada 7
kasus," kata sekjen komnas PA, Arist Merdeka Sirait pada seminar internet
sehat bertajuk 'Antisipasi Penyalahgunaan Situs Jejaring sosial' di FX plaza
Jakarta, Selasa (23/2/2010).
Laporan tersebut menunjukkan
modus-modus yang berawal dari FB. Tak hanya perdagangan anak, tapi juga anak
bisa menjadi korban pemerkosaan.
Arist mengatakan, teknologi harus
dikelola dengan baik untuk mengantisipasi kejahatan via internet. Selain itu
orang tua juga berperan penting dalam mengantisipasinya.
"Selama orangtua belum bisa
menjadi tempat curhat anak, maka anak akan menjadikan teman di FB sebagai
tempat curhat," kata Arist.
Arist juga menyesalkan tindakan
walikota depok, Nurmahmudi Ismail yang melakukan sidak ke warnet-warnet.
"Kenapa anaknya yang disalahkan,
itu kebijakan panik, bahkan RPM yang dikeluarkan pemerintah itu juga kebijakan telat,"
kata Arist.
Ada beberapa benteng yang dapat
menangkal bahaya Facebook. Pertama, keluarga, kedua lingkungan sosial, dan
ketiga negara. Dalam keluarga, seorang ibu memegang peranan penting.
"Banyak ibu yang membikin akun
Facebook untuk anaknya bahkan lengkap dengan data diri, dan ini juga
menyebabkan maraknya kasus penculikan via Facebook," ujarnya.
Arist mengatakan, modus ini akan
semakin meningkat jika teknologi tak dikelola dengan baik. (srn)
Menghilangnya Marietta Nova Triani
alias Nova (14) dari rumah pamannya di BSD, Tangerang sejak 6 Februari lalu
membuat keluarga kelimpungan. Setelah ditemukan, keluarga menyerahkan kasus
penculikan kepada polisi.
“Mereka menyerahkan kepada polisi,
yang pasti orangtua tidak mengetahui hubungan itu,” kata Kabid Humas Polda
Metro Jaya Kombes Pol Boy Rafli Amar di Mapolda Metro Jaya, Selasa (9/2/2010).
Dia menjelaskan, korban dan Ari
diketahui telah menjalin komunikasi sejak November 2009 lalu. “Pengakuan
keduanya, memang ada keinginan bersama untuk pergi. Niatannya hanya ingin
mengajak jalan-jalan saja,” tandasnya.
Hingga kini, lanjut Boy, polisi tidak
mendapat kesulitan untuk memperoleh keterangan dari korban. “Masih lancar dan
belum menyulitkan penyidik,” tegasnya.
Sementara itu saat ditanya mengenai
sosok Ari, Boy menjelaskan pria berusia 18 tahun tersebut berasal dari keluarga
broken home. “Dia merupakan pengangguran dan di drop out (DO) dari SMK di Tangerang
saat kelas II,” tuturnya.
Nova, gadis yang tinggal di Sidoarjo,
Jawa Timur ini menghilang hampir tiga hari lalu ketika berkunjung ke rumah
pamannya di Perumahan Alamanda, Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang, Banten.
Nova diduga telah dibawa lari
kenalannya di situs jejaring sosial Facebook bernama Ari. Kuat dugaan, dalam
pelarian ini, Ari telah mencabuli Nova.
(kem)
B.
Analisis
Sangat ironis memang ketika percepatan pertumbuhan teknologi dalam hal
internet sedang pesat berkembang , banyak penyalahgunaan yang dilakukan untuk
kriminalitas. Seperti kasus penyalahgunaan situs jejaring sosial yang
belakangan menjadi buah bibir media elektronik . Situs jejaring sosial yang
berfungsi untuk membina hubungan dengan kawan atau relasi dan memudahkan dalam
melakukan komunikasi dengan kawan atau relasi yang jauh jaraknya ,
disalahgunakan oleh sebagian orang untuk melakukan tindak kejahatan seperti
penculikan anak untuk diperjual belikan , penculikan remaja untuk pemerkosaan
dan kasus – kasus penipuan lainnya.
Antisipasi agar hal – hal tersebut tidak terjadi adalah kita sebagai
pengguna situs jejaring sosial seharusnya tidak mudah percaya dengan perkataan
atau ucapan dari orang asing yang baru kita kenal , dan diharapkan untuk para
remaja atau anak – anak yang belum cukup usia untuk mempergunakan situs
jejaring sosial dalam hal ini facebook ,tidak perlu membuat akun facebook.
Apalagi jika orang tua yang membuatkannya untuk anak – anaknya yang masih belum
cukup usia untuk memahami facebook , karena hal yang seperti ini yang memicu
maraknya penculikan anak atau penculikan remaja .
Sebaiknya pergunakan teknologi dengan aturan yang ada dengan prosedur yang
berlaku , jika usia anak – anak belum bisa membuat akun facebook , maka
ikutilah aturan itu . Karena hal itu untuk kebaikan kita.
BAB IV
KESIMPULAN
Beberapa
asumsi dasar yang melatarbelakangi kerangka teori tersebut adalah sebagai
berikut. Pertama, institusi media menyelenggarakan produksi, reproduksi dan
distribusi pengetahuan dalam pengertian serangkaian simbol yang mengandung
acuan bermakna tentang pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan tersebut
membuat kita mampu untuk memetik pelajaran dari pengalaman, membentuk persepsi
kita terhadap pengalamanitu, dan memperkaya khasanah pengetahuan masa lalu,
serta menjamin kelangsungan perkembangan pengetahuan kita.
Produksi
media merespons terhadap perkembangan sosial dan budaya , selanjutnya
menpengaruhi perkembangan tersebut. Adanya jenis media tertentu seperti
Televisi mempengaruhi bagaimana kita berpikir tentang bagaimana merespons pada
dunia. Sementara media bekerja dalam berbagai cara untuk segmen – segmen
masyarakat yang berbeda, audiens tidak semuanya terpengaruh, tetapi tetapi
berinteraksi dalam cara yang khusus dengan media.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aubrey
Fisher. ( Terjemahan Soerjono Trimo). Teori-Teori
Komunikasi
2.
Bland Michael, dkk. 2001. Hubungan Media Yang Efektif. Jakarta : ERLANGGA
J. Severin dan Tankard. 2008. Teori Komunikasi.
Jakarta : Kencana: Media
Pressindo.
3. Litlejohn,
Stephen W. 2011. Teori Komunikasi
Theories of Human Communications. Jakarta : Salemba Humanika
4. Mulyana Deddy. 2005. Konteks –Konteks Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
5.
Nurudin. 2007. Pengantar
Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Rajawali Pers.
6.
Okezone.com
7.
Wordpress.com