Senin, 21 Mei 2012

Teori Komunikasi > Teori Media


TEORI MEDIA
&
ANALISIS KASUS

Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Teori Komunikasi


Oleh :
Pipit Puspita Sari
1209406048




JURUSAN ILMU KOMUNIKASI PRODI.HUMAS
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2011

BAB I
PENDAHULUAN

Tiga bentuk karya dalam tradisi sosiokultural yang membantu kita memahami bagaimana fungsi dan respons terhadap media sebagai bagian dari konteks budaya yang lebih besar. Pertama , teori edia menguji pengaruh sosiokultural terhadap media terlepas dari konteks. Kedua, penyusunan agenda , menelusuri pengaruh media pada agenda sosial. Terakhir , kami menyertakan oenelitian media tindakan sosial yang menelusuri komunitas media itu sendiri.
Produksi media merespons terhadap perkembangan sosial dan budaya , selanjutnya menpengaruhi perkembangan tersebut. Adanya jenis media tertentu seperti Televisi mempengaruhi bagaimana kita berpikir tentang bagaimana merespons pada dunia. Sementara media bekerja dalam berbagai cara untuk segmen – segmen masyarakat yang berbeda, audiens tidak semuanya terpengaruh, tetapi tetapi berinteraksi dalam cara yang khusus dengan media.
Marshall Mc.Luhan yang paling terkenal dalam menarik perhatian pada pentingnya media sebagai media. Mc.Luhan ,seorang tokoh terkemuka dalam penelitian budaya populer pada tahun 1960-an, menarik perhatian karena gaya penulisannya yang tidak biasa dan gagasannya yang engejutkan dan menggugah pemikiran. Walaupun rincian dari teori Mc.Luhan sering ditolak dalam teori media yang umum, tesisnya telah menerima penerimaan secara luas :media, terpisah dari apapun yang disampaikannya,pengaruh individu maupun masyarakat. Gagasan ini dalam berbagai bentuknya adalah apa yang kita sebut dengan “Teori Media “. Televisi dan dunia maya mempengaruhi masyarakat ,terlepas dari situs yang orang kunjungi. Media pribadi ( misalnya Ipod) mengubah masyarakat , terlepas dari pilihan lagu yang dibuat oleh penggunanya.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa asumsi dasar yang melatarbelakangi kerangka teori tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, institusi media menyelenggarakan produksi, reproduksi dan distribusi pengetahuan dalam pengertian serangkaian simbol yang mengandung acuan bermakna tentang pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan tersebut membuat kita mampu untuk memetik pelajaran dari pengalaman, membentuk persepsi kita terhadap pengalamanitu, dan memperkaya khasanah pengetahuan masa lalu, serta menjamin kelangsungan perkembangan pengetahuan kita. Secara umum, dalam beberapa segi media massa berbeda dengan institusi pengetahuan lainnya (misalnya seni, agama, pendidikan, dan lain-lain) :
- Media massa memiliki fungsi pengantar (pembawa) bagi segenap macam pengetahuan. Jadi, media massa juga memainkan peran institusi lainnya.
- Media massa menyelenggarakan kegiatannya dalam lingkup publik; pada dasarnya media massa dapat dijangkau oleh segenap anggota masyarakat secara bebas, sukarela, umum dan murah.
- Pada dasarnya hubungan antara pengirim dan penerima seimbang dan sama.
- Media menjangkau lebih banyak orang daripada institusi lainnya dan sudah sejak dahulu ”mengambil alih” peran sekolah, orang tua, agama, dan lain-lain.
Menurut asumsi dasar diatas, lingkungan simbolik di sekitar (informasi, gagasan, keperayaan, dan lain-lain) seringkali kita ketahui melalui media massa, dan media pulalah yang dapat mengaitkan semua unsur lingkungan simbolik yang berbeda. Lingkungan simbolik itu semakin kita memiliki bersama jika kita semakin berorientasi pada sumber media yang sama. Meskipun setiap individu atau kelompok memang memiliki dunia persepsi dan pengalaman yang unik, namun mereka memerlukan kadar persepsi yang sama terhadap realitas tertentu sebagai prasyarat kehidupan sosial yang baik. Sehubungan dengan itu, sumbangan media massa dalam menciptakan persepsi demikian mungkin lebih besar daripada institusi lainnya.
Asumsi dasar kedua ialah media massa memiliki peran mediasi (penegah/penghubung) antara realitas sosial yang objektif dengan pengalaman pribadi. Media massa berperan sebagai penengah dan penguhubung dalam pengertian bahwa: media massa seringkali berada diantara kita; media massa dapat saja berada diantara kita dengan institusi lainnya yang ada kaitannya dengan kegiatan kita; media massa dapat menyediakan saluran penghubung bagi pelbagi institusi yang berbeda; media juga menyalurkan pihak lain untuk menghubungi kita, dan menyalurkan kita untuk menghubungi pihak lain; media massa seringkali menyediakan baham bagi kita untuk membentuk persepsi kita terhadap kelompok dan organisasi lain, serta peristiwa tertentu. Melalui pengalaman langsung kita hanya mampu memperoleh sedikit pengetahuan.
Media juga menerima sejumlah tanggung jawab untuk ikut aktif melibatkan diri dalam interaksi sosial dan kadang kala menunjukkan arah atau memimpin, serta berperan serta dalam menciptkan hubungan dan integrasi. Konsep media sebagai penyaring telah diakui masyarakat, karena media seringkali melakukan seleksi dan penafsiran terhadap suatu masalah yang dianggap membingungkan.
BAB III
KASUS DAN ANALISIS PENYALAH GUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL
A.              Kasus
JAKARTA - Sepanjang Januari hingga Februari 2010 komisi nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mendapatkan 36 laporan terkait kasus Anak yang menjadi korban Facebook.
"Untuk Penculikan anak ada 7 kasus," kata sekjen komnas PA, Arist Merdeka Sirait pada seminar internet sehat bertajuk 'Antisipasi Penyalahgunaan Situs Jejaring sosial' di FX plaza Jakarta, Selasa (23/2/2010).
Laporan tersebut menunjukkan modus-modus yang berawal dari FB. Tak hanya perdagangan anak, tapi juga anak bisa menjadi korban pemerkosaan.
Arist mengatakan, teknologi harus dikelola dengan baik untuk mengantisipasi kejahatan via internet. Selain itu orang tua juga berperan penting dalam mengantisipasinya.
"Selama orangtua belum bisa menjadi tempat curhat anak, maka anak akan menjadikan teman di FB sebagai tempat curhat," kata Arist.
Arist juga menyesalkan tindakan walikota depok, Nurmahmudi Ismail yang melakukan sidak ke warnet-warnet.
"Kenapa anaknya yang disalahkan, itu kebijakan panik, bahkan RPM yang dikeluarkan pemerintah itu juga kebijakan telat," kata Arist.
Ada beberapa benteng yang dapat menangkal bahaya Facebook. Pertama, keluarga, kedua lingkungan sosial, dan ketiga negara. Dalam keluarga, seorang ibu memegang peranan penting.
"Banyak ibu yang membikin akun Facebook untuk anaknya bahkan lengkap dengan data diri, dan ini juga menyebabkan maraknya kasus penculikan via Facebook," ujarnya.
Arist mengatakan, modus ini akan semakin meningkat jika teknologi tak dikelola dengan baik. (srn)
Menghilangnya Marietta Nova Triani alias Nova (14) dari rumah pamannya di BSD, Tangerang sejak 6 Februari lalu membuat keluarga kelimpungan. Setelah ditemukan, keluarga menyerahkan kasus penculikan kepada polisi.
“Mereka menyerahkan kepada polisi, yang pasti orangtua tidak mengetahui hubungan itu,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Boy Rafli Amar di Mapolda Metro Jaya, Selasa (9/2/2010).
Dia menjelaskan, korban dan Ari diketahui telah menjalin komunikasi sejak November 2009 lalu. “Pengakuan keduanya, memang ada keinginan bersama untuk pergi. Niatannya hanya ingin mengajak jalan-jalan saja,” tandasnya.
Hingga kini, lanjut Boy, polisi tidak mendapat kesulitan untuk memperoleh keterangan dari korban. “Masih lancar dan belum menyulitkan penyidik,” tegasnya.
Sementara itu saat ditanya mengenai sosok Ari, Boy menjelaskan pria berusia 18 tahun tersebut berasal dari keluarga broken home. “Dia merupakan pengangguran dan di drop out (DO) dari SMK di Tangerang saat kelas II,” tuturnya.
Nova, gadis yang tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur ini menghilang hampir tiga hari lalu ketika berkunjung ke rumah pamannya di Perumahan Alamanda, Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang, Banten.
Nova diduga telah dibawa lari kenalannya di situs jejaring sosial Facebook bernama Ari. Kuat dugaan, dalam pelarian ini, Ari telah mencabuli Nova.
(kem)

B.              Analisis
Sangat ironis memang ketika percepatan pertumbuhan teknologi dalam hal internet sedang pesat berkembang , banyak penyalahgunaan yang dilakukan untuk kriminalitas. Seperti kasus penyalahgunaan situs jejaring sosial yang belakangan menjadi buah bibir media elektronik . Situs jejaring sosial yang berfungsi untuk membina hubungan dengan kawan atau relasi dan memudahkan dalam melakukan komunikasi dengan kawan atau relasi yang jauh jaraknya , disalahgunakan oleh sebagian orang untuk melakukan tindak kejahatan seperti penculikan anak untuk diperjual belikan , penculikan remaja untuk pemerkosaan dan kasus – kasus penipuan lainnya.
Antisipasi agar hal – hal tersebut tidak terjadi adalah kita sebagai pengguna situs jejaring sosial seharusnya tidak mudah percaya dengan perkataan atau ucapan dari orang asing yang baru kita kenal , dan diharapkan untuk para remaja atau anak – anak yang belum cukup usia untuk mempergunakan situs jejaring sosial dalam hal ini facebook ,tidak perlu membuat akun facebook. Apalagi jika orang tua yang membuatkannya untuk anak – anaknya yang masih belum cukup usia untuk memahami facebook , karena hal yang seperti ini yang memicu maraknya penculikan anak atau penculikan remaja .
Sebaiknya pergunakan teknologi dengan aturan yang ada dengan prosedur yang berlaku , jika usia anak – anak belum bisa membuat akun facebook , maka ikutilah aturan itu . Karena hal itu untuk kebaikan kita.




















BAB IV
KESIMPULAN

Beberapa asumsi dasar yang melatarbelakangi kerangka teori tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, institusi media menyelenggarakan produksi, reproduksi dan distribusi pengetahuan dalam pengertian serangkaian simbol yang mengandung acuan bermakna tentang pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan tersebut membuat kita mampu untuk memetik pelajaran dari pengalaman, membentuk persepsi kita terhadap pengalamanitu, dan memperkaya khasanah pengetahuan masa lalu, serta menjamin kelangsungan perkembangan pengetahuan kita.
Produksi media merespons terhadap perkembangan sosial dan budaya , selanjutnya menpengaruhi perkembangan tersebut. Adanya jenis media tertentu seperti Televisi mempengaruhi bagaimana kita berpikir tentang bagaimana merespons pada dunia. Sementara media bekerja dalam berbagai cara untuk segmen – segmen masyarakat yang berbeda, audiens tidak semuanya terpengaruh, tetapi tetapi berinteraksi dalam cara yang khusus dengan media.





DAFTAR PUSTAKA

1.    Aubrey Fisher. ( Terjemahan Soerjono Trimo). Teori-Teori Komunikasi
2.    Bland Michael, dkk. 2001. Hubungan Media Yang Efektif. Jakarta : ERLANGGA
J. Severin dan Tankard. 2008. Teori Komunikasi. Jakarta : Kencana: Media
Pressindo.
3.    Litlejohn, Stephen W. 2011. Teori Komunikasi Theories of Human Communications. Jakarta : Salemba Humanika
4.    Mulyana Deddy. 2005. Konteks –Konteks Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
5.    Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Rajawali Pers. 
6.    Okezone.com
7.    Wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar